Bankharus memiliki Business Continuity Management (BCM) yaitu proses manajemen (protokol) terpadu dan menyeluruh untuk memastikan kelangsungan operasional Bank dalam menjalankan bisnis dan melayani nasabah. Di dalam BCM, Bank wajib memiliki kebijakan yang paling kurang mencakup: (1) Business Impact Analysis (BIA);
BusinessContinuity Management (BCM) adalah proses manajemen holistik yang mengidentifikasi dampak potensial yang mengancam organisasi / perusahaan dan menyediakan strategi dan rencana tervalidasi untuk mengaktifkan fungsi kritis dan mendesak yang terputus untuk dipulihkan dan
MembuatEvaluasi Resiko Efisien dalam MenyusunBusiness Continuity Management - Assessment Resiko merupakan salah satu tahapan Business Continuity Manajemen. Evaluasi Resiko( Risk Assessment) dalam BCM digunakan demi memastikan prioritas dari risiko- risiko yang teridentifikasi. Risk Assessment dalam BCM bisa diterapkan bersumber pada framework Risk Management ISO 31000: 2009 Langkah-langkah
Kamimemberikan jasa pelaksanaan Solusi BCP (Business Continuity Plan) & DRP (Disaster Recover Plan) dalam BCM (Business Continuity Management) untuk perusahaan ataupun organisasi, Solusi Business Continuity Plan diciptakan untuk mencegah gangguan terhadap aktivitas bisnis normal. BCP dirancang untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari kegagalan/bencana alam atau yang dibuat manusia dan
BUSINESSCONTINUITY PLAN. 6.1. PENDAHULUAN. Kegiatan perbankan tidak dapat terhindar dari adanya gangguan/kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun manusia misalnya terjadinya gempa bumi, bom, kebakaran, banjir, power failure, kesalahan teknis, kelalaian manusia, demo buruh, huru-hara dan sebagainya. Kerusakan yang terjadi tidak hanya
EvaluasiKeselarasan Business Continuity Management 9BCM) dan Enterprisese Risk Management (ERM) : Studi Kasus Pada PT. (ERM) & Business Continuity Management (BCM) yang mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Manfaat bagi perusahaan adalah memperoleh usulan tindakan korektif untuk mengoptimalkan praktik penerapan ERM & BCM berbasis
pGG7N. Sign up for the latest insights, delivered right to your inbox Work Email Person Type By clicking the "Continue" button, you are agreeing to the Gartner Terms of Use and Privacy Policy. Contact Information All fields are required. First Name Last Name Person Type Company Name Country Please provide the consent below I have read, understood and accepted Gartner Separate Consent Letter , whereby I agree 1 to provide Gartner with my personal information, and understand that information will be transferred outside of mainland China and processed by Gartner group companies and other legitimate processing parties and 2 to be contacted by Gartner group companies via internet, mobile/telephone and email, for the purposes of sales, marketing and research. Back By clicking the "Submit" button, you are agreeing to the Gartner Terms of Use and Privacy Policy.
Abripraya telah menerapkan Business Continuity Management BCM sebagai upaya agar proses bisnis tetap berjalan dengan baik dalam kondisi risiko apapun, termasuk saat terjadi pandemi virus Covid-19. Namun, di Abipraya, masih ada risiko bisnis yang perlu diselesaikan yaitu pelanggaran SOP terkait pencegahan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok risiko mana yang berisiko tinggi untuk menerapkan Business Continuity Management di Abipraya selama masa pandemi Covid-19. Metode pengumpulan data digunakan melalui observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara yang berkaitan dengan objek dalam penelitian. Hasil penelitian menemukan enam risiko dengan level sangat tinggi, satu peluang dengan level tinggi, dan level sedang akibat pelanggaran implementasi BCM oleh pihak eksternal Abipraya. Pelanggaran pelaksanaan BCM mayoritas dilakukan oleh pekerja proyek periode tertentu seperti vendor dan subkontraktor, pengunjung yang berkunjung, dan pengemudi ojek online. Kesimpulannya, sekitar 75% kelompok risiko dengan kategori risiko sangat tinggi untuk BCM Abipraya selama pandemi Covid-19. Implikasi manajerial adalah mensosialisasikan regulasi, terutama kepada pihak eksternal, dan mengimplementasikan rencana mitigasi secara berkala untuk mengurangi risiko tinggi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol.9,No.2–September2021Halaman193 business continuity management pada masa pandemi covid-19 193 PENERAPAN BUSINESS CONTINUITY MANAGEMENT PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PT BRANTAS ABIPRAYA Wahyu Herry Sasongko1,Tatan Sukwika2 1 Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta, wahyuherrys Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Sahid, Jakarta, history Dikirim tanggal 16/06/2021 Revisi pertama tanggal 16/08/2021 Diterima tanggal 18/08/2021 Tersedia online tanggal 09/09/2021 ABSTRAKAbripraya telah menerapkan Business Continuity Management BCM sebagai upaya agar proses bisnis tetap berjalan dengan baik dalam kondisi risiko apapun, termasuk saat terjadi pandemi virus Covid-19. Namun, di Abipraya, masih ada risiko bisnis yang perlu diselesaikan yaitu pelanggaran SOP terkait pencegahan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok risiko mana yang berisiko tinggi untuk menerapkan Business Continuity Management di Abipraya selama masa pandemi Covid-19. Metode pengumpulan data digunakan melalui observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara yang berkaitan dengan objek dalam penelitian. Hasil penelitian menemukan enam risiko dengan level sangat tinggi, satu peluang dengan level tinggi, dan level sedang akibat pelanggaran implementasi BCM oleh pihak eksternal Abipraya. Pelanggaran pelaksanaan BCM mayoritas dilakukan oleh pekerja proyek periode tertentu seperti vendor dan subkontraktor, pengunjung yang berkunjung, dan pengemudi ojek online. Kesimpulannya, sekitar 75% kelompok risiko dengan kategori risiko sangat tinggi untuk BCM Abipraya selama pandemi Covid-19. Implikasi manajerial adalah mensosialisasikan regulasi, terutama kepada pihak eksternal, dan mengimplementasikan rencana mitigasi secara berkala untuk mengurangi risiko tinggi. Kata Kunci Business Continuity Management, Covid-19, Risiko Bisnis, Abipraya ABSTACT Abripraya has implemented Business Continuity Management BCM as an effort to keep business processes running well under any risk conditions, including when the Covid-19 virus pandemic occurs. However, in Abipraya, there are still business risks that need to be resolved, namely violations of SOPs related to preventing Covid-19. This study aims to determine which risk groups are at high risk for applying Business Continuity Management in Abipraya during the Covid-19 pandemic. Data collection methods are used through field observations, documentation of activities, and interviews related to the object in the study. The results found six risks with a very high level, one chance with a high level, and a medium level due to violations of BCM implementation by Abipraya's external parties. The majority of breaches of the implementation of BCM by period-specific project workers such as vendors and subcontractors, visiting visitors, and online motorcycle taxi drivers. In conclusion, about 75% of the risk group with a very high-risk category for the BCM Abipraya during the Covid-19 pandemic. The managerial implication is to disseminate regulations, especially to external parties, and implement periodic mitigation plans to reduce high risk. Key Words Business Continuity Management, Covid-19, Bussiness Risk, Abipraya 194 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 PENDAHULUAN PT Brantas Abipraya Abipraya merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang berdedikasi dalam menyediakan jasa konstruksi dan telah berperan aktif dalam mengembangkan dan mendukung tumbuh kembang di berbagai bidang. Pertama kali hadir di bidang infrastruktur 40 tahun lalu di dalam dan luar negeri, Abripraya terus bertransformasi untuk memperkuat daya saingnya. Pasca dimulai merebaknya Corona Virus Disease Covid-19 yang berdampak pada pelambatan perekonomian global, termasuk perusahaan konstruksi seperti Abripraya. Perlambatan ekonomi ini bahkan mendorong adanya penerapan berbagai regulasi seperti bekerja dari rumah atau work from home WFH hingga kepengurangan jumlah tenaga kerja Abipraya, 2020. Tidak hanya itu, kebijakan pemberlakuan pembatasan sosial skala berslaka besar PSBB telah berdampak secara signifikan khususnya pada para pelaku usaha yang kesulitan menjalankan usaha secara normal. Pandemik Covid-19 ini berdampak besar pada kinerja dunia usaha terutama dibidang jasa, khususnya kontruksi. Dengan segala keterbasan, kontribusi sektor jasa konstruksi di bidang ekonomi masih dapat menyumbang cukup besar yaitu sebesar 11,26% Yuliana, 2020. Pasca dimulai merebaknya corona virus disease Covid-19 yang berdampak pada perekonomian global, termasuk perusahaan konstruksi seperti Abripraya. Perlambatan ekonomi yang dimulai pada awal Maret 2020 akibat penerapan berbagai regulasi seperti bekerja dari rumah WFH hingga ke pengurangan jumlah karyawan Abipraya, 2020. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan mulai dari pelonggaran impor alat kesehatan hingga memutuskan pemberlakuan pembatasan sosial skala berslaka besar PSBB. Sehingga fenomena ini melanda para pelaku usaha terutama dibidang jasa, khususnya kontruksi. Dengan segala keterbasan, kontribusi sektor jasa konstruksi di bidang ekonomi masih dapat menyumbang cukup besar yaitu sebesar 11,26% Yuliana, 2020. Abripraya sebagai perusahaan konstruksi juga telah merasakan dampak dari krisis pandemi Covid-19 seperti penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, kontrak mengalami penurunan nilai akibat pemotongan anggaran, penyelesaian proyek tertunda, mobilisasi dan ketersediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan terhambat oleh aplikasi. Dampak Covid-19 ini pun telah berdapka pada kenaikan biaya produksi juga menjadi faktor penyebab turunnya kinerja bisnis. Tenaga kerja yang sebagian besar terampil dan didatangkan dari luar daerah tidak dapat bekerja secara maksimal karena keterlambatan material sedangkan upah produksi belum dibayar. Selain itu, perusahaan dituntut melakukan perubahan atau redistribusi anggaran terhadap Covid-19 agar dampak pandemi ini tidak menyebar luas di lingkungan tempat kerja. Dampak Covid-19 berpengaruh pada terhambatnya proses kegiatan bisnis perusahaan konvensional yang memerlukan interaksi antar karyawannya sehingga kegiatan operasional perusahaan Yuliana, 2020. Hal ini mendorong perusahaan untuk memikirkan strategi dalam menghadapi situasi pandemi sehingga diperlukan standar keamanan yang tinggi dengan cara mengimplementasikan mengenai manajemen keberlangsungan bisnis atau yang biasa disebut Business Continuity Management BCM untuk menghadapi bahaya ketidakpastian ekonomi domestic dan ekonomi global Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015. Implementasi BCM dalam perusahaan di masa pandemic ini menjadi suatu langkah penting karena bertujuan agar perusahaan memiliki ketahanan pada bidang operasional bisnis dan keandalan dan keamanan dalam proses bisnis perusahaan de Castro Alves & de Almeida, 2015. Sehingga bila terjadi suatu bencana ataupun gangguan proses operasional, maka bisnis tetap dapat berjalan Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 195 sesuai yang telah direncanakan sebelumnya Baba, 2014; Harmoko, 2014; Hikmah & Sukwika, 2021; Setiawan et al., 2019. BCM telah menjadi standar internasional yaitu ISO 22301 yang menjadi dasar perancangan BCM untuk mengatur pengelolaan kelangsungan bisnis, proses bisnis, dan kelangsungan bisnis. BCM direncanakan untuk mengidentifikasi risiko yang muncul dan mengantisipasi risiko yang akan merugikan perusahaan. Penyelidikan bencana nasional Covid-19 saat ini terkait dengan kelangsungan bisnis perseroan terkait hasil asesmen dan strategi yang diterapkan Abripraya. Dengan menerapkan BCM yang terkait dengan ISO 22301, para pemangku kepentingan stakeholders dapat mempercayai bahwa perusahaan dapat menjalankan proses bisnisnya sedemikian rupa sehingga proses bisnis tidak terganggu Amanda, 2014; Prakasita & Ginardi, 2018; Zainudin & Samopa, 2017. Penelitian ini bertujuan menentukan faktor-faktor penting yang berisiko terhadap penerapan Business Continuity Management Abipraya pada masa pandemi Covid-19. KAJIAN PUSTAKA Business Continuity Management BCM adalah suatu proses yang harus ada di perusahaan karena memiliki tujuan untuk perusahaan atau organisasi memiliki langkah mitigasi untuk bencana ataupun gangguan yang akan terjadi dan berpotensi mengganggu jalannya operasional Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015; Harmoko, 2014; Hikmah & Sukwika, 2021. BCM dirancang supaya perusahaan atau organisasi tetap dapat menjalankan unit bisnisnya secara efektif dengan tanpa mengurangi kinerjanya. Untuk dapat memiliki BCM yang bagus, perusahaan perlu melakukan back testing terhadap BCM yang telah disusun dengan cara mensimulasikan ancaman-ancaman yang ada dan melakukan improvisasi dan revisi terhadap BCM yang sudah ada. BCM akan efektif apabila para stakeholder memiliki komitmen yang tinggi serta kesadaran akan pentingnya penerapan BCM diluar dari berapa biaya yang diperlukan untuk dapat menyusun dan mengimplementasikan BCM tersebut. Business Continuity Plan BCP merupakan sebuah rencana atau strategi untuk membuat sistem pencegahan untuk meminimalisir kerugian yang dapat terjadi dengan adanya hal-hal yang bersifat tak terduga uncertainty Svata, 2013. Pengaplikasian BCP difokuskan kepada sumber daya manusia yang dituntut untuk bersifat agile sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dan mengaplikasikan lagkah mitigasi yang telah disusun sebelumnya Burtles, 2016. Macam-macam bencana yang umumnya dimasukkan ke dalam BCP seperti bencana alam gempa dan banjir dan wabah penyakit Harmoko, 2014. Sedangkan dari sisi ekonomi adalah adanya krisis moneter, inflasi, dan keadaan pasar yang tidak menentu Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015. Business Continuity Plan BCP memiliki tujuan untuk mengusahakan agar dapat menekan risiko kerugian seminimal mungkin. Selain itu BCP juga bertujuan agar perusahaan atau organisasi memiliki proses pemulihan secepat mungkin agar risiko kerugian tidak terlalu besar. Yang perlu ditekankan disini adalah BCP bukan merupakan tools untuk menghindari risiko melainkan untuk meminimalisir dampaknya. Saat membuat BCP, maka faktor yang harus mempertimbangkan sejauh mana kemungkinan terkena dampak krisis antara lain sumber daya manusia, proses bisnis perusahaan atau organisasi, lokasi untuk melakukan proses bisnis, teknologi pengaplikasian BCP, dan rencana keberlangsungan usaha Burtles, 2016; Ramli, 2020. Standar ISO 22301 berisi tentang perencanaan bagaimana mengatasi suatu 196 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 bencana atau lebih dikenal dengan mitigasi yang bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh ketidakpastian keadaan. Dengan adanya perencanaan tindakan preventif, diharapkan mampu menahan efek domino yang akan terjadi ketika perusahaan atau organisaasi tersebut dihadapkan dengan suatu bencana baik bencana fisik maupun bencana non fisik seperti bencana ekonomi dan politik. Standar dari ISO 22301 mengedepankan kontinuitas bisnis dimana dalam hal ini menuntut komitmen dari pimpinan perusahaan karena dalam menyusun dan mengimplemntasikan pedoman-pedoman yang ada di dalamnya diperlukan biaya. Standar ISO 22301 juga menggunakan pola PDCA plan-do-check-act dalam proses pengaplikasiannya yang bertujuan supaya apa yang sudah dirumuskan sebelumnya bisa terus update dengan kondisi aktual yang sedang terjadi pada perusahaan atau organisasi Amanda, 2014; Prakasita & Ginardi, 2018; Putri, 2016; Zainudin & Samopa, 2017. Mengacu pada standar ISO 22301, penyusunan Business Continuity Plan memiliki beberapa tahapan dimulai dari tahapan menerapkan kebijakan, mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang mengkin dihadapi, menetapkan struktur organisasi dilengkapi dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil, menentukan mekanisme pekerjaan dan prosedur operasional serta upaya untuk pemulihan yang harus dilakukan ketika bahaya risiko benar-benar terjadi Ramli, 2020; Waatters, 2010. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah kantor pusat Abripraya di Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai November hingga Desember 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui cara observasi langsung di lapangan, dokumentasi kegiatan, dan melakukan wawancara serta brainstorming mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek pada penelitian Sugiyono, 2017. Beberapa tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi penelitian kepustakaan, observasi, dan dokumentasi. Fase terakhir berlangsung melalui wawancara. Wawancara dilakukan dengan direktur unit. Perusahaan sebagai pembuat kebijakan, pengawas lapangan sebagai pelaksana kebijakan dan pegawai di lingkungan proyek PT Brantas Abipraya Persero yang diharapkan dapat memberikan bantuan selain pendataan yang dibutuhkan. Proses wawancara dilakukan secara individu baik secara tatap muka atau virtual untuk mendukung penerapan physical distancing pada saat pandemi Covid-19. Studi literatur dilakukan pada dokumen perusahaan terkait kegiatan Business Continuity Management BCM. Dokumen tersebut berupa manual perusahaan, prosedur operasi, standar perusahaan SOP, pedoman perusahaan, dan pedoman perusahaan. Peraturan perusahaan yang harus dipatuhi dan ditaati di perusahaan. Pada tahap ini dilakukan observasi untuk memperoleh rekaman atau foto pelanggaran yang terjadi sesuai dokumen yang diperiksa. Dilakukan juga wawancara terhadap pihak-pihak yang menjadi bagian dari implementasi BCM. Saat wawancara dieksplorasi alasan-alasan pelaku pelanggaran tidak melaksanakan peraturan-peraturan yang diberlakukan. Informasi hasil wawancara dijadian acuan rancangan penyempurnaan untuk mendukung implementasi BCM di Abipraya. Metode Analisis Data Berdasarkan informasi proses bisnis yang dilakukan oleh Abripraya serta analisis ancaman yang telah ditentukan maka perlu dilakukan dua analisis terpisah yaitu analisis dampak bisnis akibat tidak dilaksanakannya prosedur Business Continuity Management Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 197 BCM dan analisis risiko. Dalam melakukan analisis dampak bisnis di PT Brantas Abipraya Persero, penulis menggunakan tools berupa dokumen rujukan yaitu ISO 22301. Dalam ISO 22301, teknik yang digunakan adalah plan, do, check, act PDCA. Semetara, Analisis risiko dilakukan kepada risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk mengetahui seberapa besar risiko tersebut dapat berdampak kepada aktivitas bisnis perusahaan. Penilaian besarnya risiko menggunakan metode failure mode and effect analysis dengan cara melakukan perhitungan nilai dampak severity, nilai kemungkinan occurence dan nilai deteksi detection. Risiko-risiko tersebut selanjutnya dinilai dengan metode FMEA failure mode effect analysis dengan mengkalikan nilai severity number, occurence number, dan detection number yang nantinya akan menghasilkan risk probability number RPN. Penilaian level risiko mengacu pada persamaan FMEA yang berfungsi mengetahui seberapa besar suatu identifikasi risiko memiliki nilai risiko dapat berpengaruh pada jalannya proses bisnis perusahaan, persamaan penilaiannya sebagai berikut. RPN = Severity x Occurence x Detection Dari hasil RPN, maka dapat diketahui tingkat risiko tersebut secara terukur dengan metode kuantitatif sehingga memudahkan dalam mengukur berapa besarnya risiko. Risiko yang dapat diterima adalah apabila memiliki risiko medium, sehingga apabila ditemukan nilai identifikasi risiko di atas nilai medium harus dilakukan mitigasi untuk menentukan nilai risikonya Fajriansah, 2017. Skala nilai level risiko dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Level Risiko RPN Level Risiko Skala Nilai RPN Very High > 200 High 121-200 Medium 81-120 Low 21-80 Very Low < 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Risiko Setelah melakukan pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, diperoleh beberapa identifikasi masalah didasarkan pada hasil observasi dokumen SOP Abipraya. SOP tersebut dijadikan dokumen rujukan tentang apa yang harus dilakukan perusahaan terkait dengan BCM dalam rangka menghadapi penyebaran virus Covid-19. Identifikasi masalah tersebut mencakup hal-hal apa saja yang sudah dilaksanakan dan hal-hal apa saja yang belum dilakukan serta hal-hal yang sudah dilakukan tetapi masih terjadi pelanggaran didalamnya. Pembuatan checklist berdasarkan dokumen SOP Pedoman pelaksanaan New Normal No dokumen 2-000-57-14/01. Adapun identifikasi masalah yang berhasil ditemukan selama proses identifikasi risiko sebagai berikut 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek; 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek; 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja; 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu 198 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 tamu/customer/loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota; 8 Tamu hanya menggunakan APD berupa masker. Penilaian Risiko Berdasarkan identifikasi risiko yang sudah ditentukan dan dikelompokkan sesuai klausul pada dokumen ISO 22301. Terdapat 6 risiko yang mempunyai level risiko very high, 1 risiko dengan level high, dan 1 risiko dengan level medium. Hasil nilai risiko pada masing-masing identifikasi risiko disajikan pada Tabel 2. Selanjutnya penyusunan rencana mitigasi untuk identifikasi risiko pada nomor 1 sampai dengan nomor 7 disajikan pada Tabel 3. Untuk langkah mitigasi hanya diterapkan pada level risiko high dan very high. Sedangkan untuk identifikasi risiko nomor 8 tidak perlu dilakukan mitigasi karena memiliki nilai risiko yang masih dapat diterima. Tabel 2. Nilai Risiko Pada Masing-Masing Identifikasi Risiko No. Identifikasi Risiko Nilai Risiko Level Risiko 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol enceahan penularan virus Covid-19 di lokasi proek. 240 Very High 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proek. 210 Ver Hih 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah ekera. 210 Very High 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan enceahan penebaran virus Covid-19. 240 Very High 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/ loby sesuai ketentuan penceahan penebaran virus Covid-19. 210 Very High 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan enebaran virus Covid-19. 280 Very High 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. 150 High 8 Tamu hana menunakan APD berupa masker. 96 edium Penurunan Nilai Risiko Penurunan nilai risiko masing-masing identifikasi risiko diperoleh setelah melakukan wawancara dan mendapatkan rencana mitigasi pada masing-masing risiko. Mitigasi yang dipilih yang dapat menurunkan nilai risiko terbanyak yaitu 1 Memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protocol; 2 Menambah jumlah tenaga medis; 3 Memberi sekat tiap ruangan untuk mencegah penularan virus Covid-19; 4 Menerapkan antrian untuk sopir atau ojek online untuk berada di ruang tunggu; 5 Melakukan reservasi untuk menentukan jadwal kunjungan; 6 Memasang sticker tentang peraturan saat naik lift; 6 Melakukan self assessment khusus tamu pada aplikasi Ayo Sehat Brantas Abipraya. Pada Tabel 3 diketahui mayoritas pelanggar protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di area kantor pusat maupun area proyek Abipraya dilakukan oleh pihak eksternal yaitu para pekerja proyek yang dipekerjakan pada periode proyek tertentu dan juga para tamu yang berkunjung termasuk sopir ojek online. Informasi penyebab timbulnya pelanggaran tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada pelanggar protokol pencegahan penularan virus Covid-19. Informasi tersebut menjadi data untuk digunakan sebagai dasar penyusunan rencana mitigasi. Pada Tabel 3 diketahui tingkat Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 199 penurunan nilai risiko untuk masing-masing identifikasi risiko didasarkan pada rencana mitigasi yang akan dilakukan. Rencana mitigasi yang akan dipilih adalah rencana mitigasi yang mampu menurunkan nilai risiko terbesar tanpa memperhitungkan aspek biaya yang dikeluarkan untuk mengaplikasikan mitigasi tersebut. Tabel 3. Penyebab Risiko untuk Masing-Masing Identifikasi Risiko No IDENTIFIKASI RISIKO PENYEBAB 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Mayoritas pekerja proyek merupakan pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak memiliki literasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pekerja di proyek sehingga tenaga kesehatan tidak memiliki cukup waktu untuk memeriksa semua pekerja yang ada. 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Kapasitas mess atau barak didesain berdasarkan jumlah pekerja pada masa sebelum pandemi Covid-19, sehingga dengan adanya peraturan jaga jarak, mengakibatkan mess atau barak tidak dapat mengakomodir jumlah pekerja apabila ditetapkan peraturan 50% kapasitas. 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Jumlah kapasitas ruang tunggu untuk sopir dan ojek online yang mengharuskan kapasitas maksimum hanya 50% dari kapasitas normal menyebabkan ruang tunggu menjadi overload dan tidak dapat menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19. 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/ customer/ loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Jumlah kapasitas ruang tunggu untuk tamu/customer/loby yang mengharuskan kapasitas maksimum hanya 50% dari kapasitas normal menyebabkan ruang tunggu menjadi overload dan tidak dapat menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19. 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Pelanggaran kapasitas lift kebanyakan terjadi saat rushhour seperti saat jam masuk kerja, jam istirahat, dan jam pulang kerja karena penumpukan aktivitas di jam yang sama. 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Peraturan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengenai peraturan tentang bepergian hanya mengharuskan surat keterangan bebas Covid-19 untuk orang yang bepergian antar kota. Dari Tabel 4 diketahui rencana mitigasi apa yang dipilih dan berapa nilai risiko akhir yang didapatkan. Nilai akhir risiko yang diperoleh harus memiliki nilai risiko yang dapat diterima, yaitu nilai risiko dengan katagori medium. Setelah mengetahui langkah mitigasi apa yang harus diambil untuk menurunkan nilai risiko, maka tahap selanjutnya adalah implementasi dari rencana mitigasi yang telah ditentukan sebelumnya untuk memastikan proses bisnis perusahaan tetap dapat berjalan dengan baik di tengah pandemi Covid-19. Penelitian Verma dan Gustafsson 2020 mendeteksi pengaruh pandemi Covid-19 terhadap berbagai macam sector bisnis. Mekanisme pembatasan interaksi melalui protokol kesehatan yang diterapkan secara efektif oleh perusahaan dan mendapatkan respon baik dari stakeholder sangat menentukan penurunan nilai risiko. Kencenderungan ini telah dibuktikan juga oleh Zainudin dan Samopa 2017. 200 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 Tabel 4. Rencana Mitigasi yang Dipilih untuk Masing-Masing Identifikasi Risiko No IDENTIFIKASI RISIKO RENCANA MITIGASI NILAI AKHIR RISIKO 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protokol. 108 Medium 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Menambah jumlah tenaga medis. 30 Low 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Memberi sekat tiap ruangan untuk mencegah penularan virus Covid-19. 60 Low 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Menerapkan antrian untuk sopir atau ojek online untuk berada di ruang tunggu. 96 Medium 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/ loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Melakukan reservasi untuk menentukan jadwal kunjungan. 80 Low 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Memasang sticker tentang peraturan saat naik lift. 60 Low 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Melakukan self assessment khusus tamu pada aplikasi Ayo Sehat Brantas Abipraya. 90 Medium Implementasi Rencana Mitigasi Implementasi rencana mitigasi pada masing-masing identifikasi risiko diharapkan mampu menjaga proses bisnis perusahaan dari ancaman pandemi virus Covid-19. Dengan adanya rencana mitigasi diharapkan mampu membawa perubahan terhadap kondisi saat ini di lapangan sehingga nilai risiko terhadap keberlangsungan proses bisnis perusahaan pada saat terjadi pandemi virus Covid-19 ini memiliki nilai risiko yang dapat diterima. Implementasi yang dilakukan untuk masing-masing identifikasi sebagai berikut 1. Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Dari hasil observasi sebelumnya diketahui bahwa kebersihan tidak terjaga di lokasi proyek. Banyak sisa material atau sampah yang tergeletak di lingkungan proyek akibat tidak langsung dibersihkan setelah aktivitas selesai. Kondisi itu terjadi karena mayoritas kesadaran dan kepedulian pekerja proyek masih rendah khususnya pada masa pandemi virus Covid-19. Berdasarkan hasil analisis risiko dan perhitungan nilai risiko, diketahui bahwa langkah mitigasi yang sesuai untuk identifikasi risiko ini adalah memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protokol kesehatan. Mitigasi ini dinilai paling sesuai dengan kondisi di lapangan dimana para pelanggar kebijakan yang mayoritas pekerja dengan tingkat kedisiplinan yang rendah akan lebih patuh bila penegakan aturan menggunakan sistem reward dan punishment. Penerapan sistem yang terukur dan berkeadilan lebih efektif dalam menurunkan risiko Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 201 dan meningkatkan kedisiplinan Kartikasari & Sukwika, 2021. Bahkan mendapatkan dukungan perbaikan dan peningkakan dari sistem tersebut Kartikasari & Sukwika, 2021; Prakasita & Ginardi, 2018; Zainudin & Samopa, 2017. Dari Gambar 1, diketahui bahwa langkah mitigasi yang diambil mampu secara efektif memberikan perubahan terhadap kondisi kebersihan lokasi proyek dan menurunkan nilai risiko terhadap proses bisnis Abipraya dimasa pandemi virus Covid-19. Gambar 1. Kondisi di lokasi proyek A sebelum implementasi mitiasi B setelah implementasi mitigasi 2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Permasalahan yang dihadapi pada masa pandemi seperti yang terjadi di tahun 2020 ini adalah masalah kesehatan para pekerja di proyek. Selama ini tenaga medis diperuntukkan hanya menangani pekerja yang mengalami sakit dan kecelakaan kerja, sementara pada masa pandemi virus Covid-19 harus memeriksa kesehatan seluruh pekerja baik yang memiliki gejala penyakit yang terindikasi tertular virus Covid-19 maupun pekerja yang tanpa gejala. Untuk identifikasi risiko ini, dipilih alternaltif mitigasi berupa penambahan jumlah tenaga medis agar tenaga medis dapat memeriksa seluruh pekerja proyek sebelum mereka memasuki area proyek tanpa mengganggu jadwal kerja di lapangan. Proses pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi pekerja di lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 2. 3. Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Kapasitas mess atau barak bagi pekerja dibuat berdasarkan perhitungan berapa jumlah pekerja yang akan dipakai untuk menyelesaikan sebuah proyek. Proyek yang sedang dikerjakan oleh Abipraya merupakan proyek yang diperoleh dan diperhitungkan sebelum terjadinya pandemi virus Covid-19 sehingga tidak memperhitungkan kapasitas mess atau barak pekerja sesuai dengan peraturan mengenai penyebaran virus Covid-19. Untuk mencegah dan meningkatkan penyelamatan makan diperlukan system proteksi aktif Sari & Sukwika, 2020, khususnya bagi karyawan. Langkah mitigasi yang diambil berikutnya terkait kapasitas dari mess atau barak pekerja adalah dengan memasang sekat dan membatasi kapasitas tempat tidur. Untuk membatasi kapasitas mess atau barak dilakukan dengan pemberian sekat pada tempat tidur sehingga tempat tidur yang biasanya digunakan oleh dua orang menjadi hanya bisa digunakan oleh satu orang. Sebagai gantinya, dilakukan pengalihan pemanfaatan ruangan lain menjadi ruang untuk tempat 202 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 tidur untuk tetap dapat menjalankan Prosedur Pelaksanaan New Normal. Upaya pengaplikasian langkah mitigasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Suasana pemeriksaan kesehatan rutin pekerja proyek dan kondisi mess pekerja proyek 4. Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Keterbatasan kapasitas ruang tunggu bagi sopir dan tukang ojek online berpotensi meningkatkan risiko penularan virus Covid-19 karena profesi tersebut mengharuskan mereka berada di ruang publik dan melakukan interaksi dengan banyak orang. Langkah mitigasi yang diambil adalah dengan menerapkan antrian sesuai dengan jumlah kapasitas ruang tunggu untuk sopir dan tukang ojek online yaitu apabila ruang tunggu sedang penuh maka dilakukan waiting list untuk dapat memasuki ruang tunggu. Pencegahan ojek online untuk memasuki ruang tunggu ketika kapasitas ruang tunggu sudah penuh juga diikuti oleh penerapan protokol prosedur pelaksanaan New Normal lainnya yaitu pengecekan suhu tubuh, memastikan penggunaan masker dan mencuci tangan dengan sabun. Prosedur penerapan langkah mitigasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Prosedur penerimaan tamu, ruang tunggu dan ojek online siap memasuki ruang tunggu Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 203 5. Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Tamu yang datang ke kantor pusat Abipraya diantaranya pihak eksternal perusahaan yang tidak tahu prosedur pelaksanaan New Normal, misalnya adanya peraturan jaga jarak di ruang tunggu untuk tamu atau di lobby perusahaan. Langkah mitigasi yang dilakukan adalah penerapan nomor antrian atau reservasi untuk dapat melakukan kunjungan ke kantor pusat Abipraya. Reservasi dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu dengan siapa yang akan ditemui atau melakukan pemberitahuan kepada receptionist tentang jadwal kunjungan yang akan dilakukan. Contoh penerapan reservasi kunjungan dapat dilihat pada Gambar 3. Kebijakan harus melakukan reservasi terlebih dahulu bisa mengontrol jumlah kunjungan di Abipraya. Jumlah kunjungan dapat dibatasi sehingga protokol jaga jarak dapat dilakukan. Abripraya pun menerapakn kebijakan pengurangan kapasitas ruang tunggu atau lobby sebanyak 50% sehingga dapat menurunkan nilai risiko penularan virus Covid-19. 6. Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Kondisi ruangan di dalam lift yang sempit dan terbatas membuat aktivitas menaiki lantai di kantor pusat Abipraya menjadi suatu aktivitas yang memiliki nilai risiko tinggi dalam kasus potensi penyebaran virus Covid-19. Langkah mitigasi yang dipilih untuk menurunkan nilai risiko untuk risiko penularan virus Covid-19 saat melakukan aktivitas menaiki lift adalah memberikan sticker berupa instruksi saat antri menunggu lift dan posisi serta kapasitas saat berada di dalam lift. Implementasi dari langkah mitigasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar telihat bagaimana implementasi langkah mitigasi yang diambil dan bagaimana penerapannya. Selain itu juga dilakukan sosialisasi tentang peraturan terkait agar para karyawan dapat menyesuaikan waktunya karena keterbatasan kapasitas penggunaan lift. Gambar 4. Implementasi pemasangan sticker penggunaan lift dan aplikasi mobile ayo sehat 204 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 7. Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Di tingkat pemerintahan, salah satu bentuk pencegahan penyebaran virus Covid-19, keberadaan surat keterangan bebas Covid-19 melalui hasil tes dari rapid test atau swab test atau PCR digunakan sebagai syarat untuk kunjungan ke luar daerah. Di tingkat perusahaan, Abipraya memiliki sebuah aplikasi mobile bernama “Ayo Sehat” yang berisi self assessment tentang riwayat bepergian seseorang dan gejala-gejala awal indikasi penularan virus Covid-19. Untuk menurunkan risiko penyebaran virus Covid-19 di lingkungan Abipraya yang disebabkan oleh tamu, Abripraya menggunakan aplikasi tersebut sebagai salah satu persyaratan kunjungan sebagai pengganti surat keterangan bebas Covid-19. Selama ini, aplikasi hanya digunakan untuk kepentingan internal Abipraya apabila karyawan selesai melakukan perjalanan dinas. Contoh user interface aplikasi “Ayo Sehat” Abipraya dapat dilihat pada Gambar 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Manajemen perusahaan telah melaksanakan mekanisme Business Continuity Management BCM sesuai dokumen manual dan SOP perusahaan. Di lain sisi, terdapat pelanggaran dan ketidaksesuaian yang bernilai skor risiko tinggi dengan alasan tidak tahu yang dilakukan oleh pihak eksternal, baik oleh pekerja proyek dan tamu perusahaan. Nilai risiko ini berpotensi bisa mengancam jalannya operasional perusahaan. Mengacu pada ISO 22301 daril 8 identifikasi risiko yag dinilai terdapat 6 risiko yang mempunyai level risiko very high, 1 risiko dengan level high, dan 1 risiko dengan level medium. Implikasi manajerial yang perlu dilakukan meningkatkan komitmen manajemen terhadap penerapan BCM melalui sosialisasi dan pelaksanaan rencana mitigasi secara berkala untuk menurunkan 6 risiko yang mempunyai level very high. Dukungan disiplin menjalankan BCM dari pihak eksternal seperti para vendor dan sub kontraktor. Saran Penelitian ini menyarankan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu melakukan assessment berdasarkan ISO 22317 untuk mengetahui sejauh mana dampak identifikasi risiko yang ada dapat berdampak bagi proses bisnis perusahaan, melakukan perhitungan analisis biaya yang dikeluarkan untuk melakukan langkah mitigasi terhadap besarnya penurunan nilai risiko sehingga dapat memilih langkah mitigasi yang efektif dengan tetap memperhatikan besarnya biaya yang dikeluarkan, melakukan perhitungan tingkat keefektivan penerapan mitigasi dalam kurun waktu tertentu. Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 205 REFERENSI Abipraya. 2020. Brantas abipraya siap laksanakan new normal. Retrieved from Amanda, A. A. 2014. Business continuity plan pada teknologi dan sistem informasi BPR bank surya yudha Banjarnegara. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Baba, H. 2014. Area Business Continuity Management, a new opportunity for building economic resilience. Paper presented at the 4th International Conference on Building Resilience, Salford Quays. Burtles, J. 2016. Principles and practice of business continuity Tools and techniques. Brookfield Rothstein Publishing. de Castro Alves, D., & de Almeida, M. M. G. 2015. Business continuity management BCM applied to transpetro’s national operational control center. Procedia Computer Science, 55, 431-440. doi Harmoko, D. W. 2014. Perancangan bussines continuity plan BCP terhadap layanan teknologi informasi Studi kasus instansi ALT, fakultas teknologi informasi. Tesis, Universitas Indonesia, Depok. Hikmah, N., & Sukwika, T. 2021. Analisis hazard vulnerability terhadap mitigasi bencana di rumah sakit Jakarta medical center. Teknika Jurnal Sains dan Teknologi, 171, 1-17. doi Kartikasari, S. E., & Sukwika, T. 2021. Disiplin K3 melalui pemakaian alat pelindung diri APD di laboratorium kimia PT Sucofindo. VISIKES Jurnal Kesehatan Masyarakat, 201, 41-50. Prakasita, E. H., & Ginardi, R. H. 2018. Tinjauhan kesiapan terhadap implementasi business continuity management systems berbasis ISO 22301 dan ISO 27001 Studi Kasus PT. JPK. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 132, 76-83. doi Putri, S. L. 2016. perancangan business continuity plan untuk teknologi informasi pada studi kasus STIE perbanas, jurusan sistem informasi. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ramli, S. 2020. Manajemen bencana dan kelangsungan bisnis. Bekasi Prosafe. Sari, M. L., & Sukwika, T. 2020. Sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa dari kebakaran di RSUD kabupaten Bekasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Health Science Journal, 112, 190-203. doi Setiawan, I., Waluyo, R., & Pambudi, W. A. 2019. Perancangan business continuity plan dan disaster recovery plan teknologi dan sistem informasi menggunakan ISO 22301. Jurnal Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi, 32, 148-155. doi Sugiyono. 2017. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. 206 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 Svata, V. 2013. System view of business continuity management. Journal of Systems Integration, 42, 19-35. doi Verma, S., & Gustafsson, A. 2020. Investigating the emerging COVID-19 research trends in the field of business and management A bibliometric analysis approach. Journal of Business Research, 118, 253-261. doi Waatters, J. 2010. The business continuity management desk reference Guide to business continuity planning, crisis management & IT disaster recovery Business Leverages Ltd. Yuliana. 2020. Corona virus diseases covid-19 Sebuah tinjauan literatur. Wellness And Healthy Magazine, 21, 187-192. doi Zainudin, & Samopa, F. 2017. Kajian kesiapan implementasi bisnis continuity management system BCMS berbasis ISO 22301 Studi kasus PT. XYZ. Jurnal Informatika Mulawarman, 122, 82-87. doi ResearchGate has not been able to resolve any citations for this a public health facility, the hospital serves as society's primary goal for health fulfillment. As a public facility, the hospital must be safe from unexpected events that can endanger life and health problems, as well as damage to buildings, loss of assets, and the surrounding environment. As a result, this situation must be anticipated so that it does not have disastrous consequences. The goal of this study was to identify potential hazards and risk-control efforts at the Jakarta Medical Center Hospital JMCH. This study is a descriptive analysis. The results of the study using a hazard identification risk assessment HIRA obtained two levels of risk, namely low and medium risk levels; fire safety risk assessment FSRA obtained three levels of risk, namely high priority 1, medium priority 2, and low priority 3; and hazard vulnerability assessment HVA it is known that natural disasters are the most dangerous potential hazards. To summarize, the JMCH building poses a risk of danger and the potential for fires in a variety of categories. Furthermore, potential disaster risks can be caused by natural disasters, technological hazards, human hazards, and hazardous materials. One way to reduce these risks is to strengthen the safety program with the help of building Endah Kartikasari Tatan SukwikaChemical laboratories are environments where a wide variety of analytical activities are associated with hazardous chemicals that can have negative implications for occupational safety and health OSH. The research objective is to analyze the level of discipline based on knowledge, attitudes and commitment to carry out OSH by PT Sucofindo employees in the chemical laboratory. The method used is crosstab analysis and multiple regression analysis. The results of the crosstab analysis showed that there was an influence between age and sex, but there was no effect of working time on the use of PPE. The multiple regression results show that there is a simultaneous influence on the four variables mentioned above with OSH behavior. As for partially, there is an influence between knowledge, PPE facilities and supervision on OSH behaviour there is no influence on supervision. It is recommended that a refresher and outreach should be done regarding the use of PPE, providing PPE equipment needed and supervising the use of PPE at least once time a month in a chemical YulianaCoronavirus Disease Covid-19. In 2020, a new type of coronavirus SARS-CoV-2 was spread, called a disease called Coronavirus disease 2019 COVID-19. This virus was discovered in Wuhan, China for the first time and has infected 90,308 people as of March 2, 2020. The number of deaths reached 3,087 people or 6%, the number of patients recovering 45,726 people. This type of single positive RNA strain infects the human respiratory tract and is sensitive to heat and can effectively be activated by chlorine-containing disinfectants. The source of the host is thought to come from animals, especially bats, and other vectors such as bamboo rats, camels and ferrets. Common symptoms include fever, cough and difficulty breathing. Clinical syndrome is divided into uncomplicated, mild pneumonia and severe pneumonia. Specimen examination is taken from the throat swab nasopharynx and oropharynx and lower airway sputum, bronchial rinse, endotracheal aspirate. Isolation was carried out on patients proven to be infected with Covid-19 to prevent wider spread. Abstrak Penyakit Virus Corona Covid-19 tahun 2020 merebak virus baru coronavirus jenis baru SARS-CoV-2 yang penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 COVID-19. Virus ini ditemukan di Wuhan, China pertama kali dan sudah menginfeksi orang per tanggal 2 Maret 2020. Jumlah kematian mencapai orang atau 6%, jumlah pasien yang sembuh orang. Virus jenis RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan manusia dan bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin. Sumber host diduga berasal dari hewan terutama kelelawar, dan vektor lain seperti tikus bambu, unta dan musang. Gejala umum berupa demam, batuk dan sulit bernapas. Sindrom klinik terbagi menjadi tanpa komplikasi, pneumonia ringan dan pneumonia berat. Pemeriksaan spesimen diambil dari swab tenggorok nasofaring dan orofaring dan saluran napas bawah sputum, bilasan bronkus, aspirat endotrakeal. Isolasi dilakukan pada pasien terbukti terinfeksi Covid-19 untuk mencegah penyebaran lebih Sebagai fasilitas umum, gedung RSUD harus dapat mengidentifikasi dari potensi bahaya kebakaran, oleh karena itu diperlukan sistem proteksi kebakaran. Upaya sebenarnya adalah penerapan sistem proteksi kebakaran dengan prosedur, termasuk sistem proteksi aktif dan fasilitas penyelamat jiwa. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan sistem proteksi aktif dan fasilitas penyelamatan jiwa serta keandalan keamanan bangunan terhadap kebakaran. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif untuk mengungkap peristiwa atau fakta dan keadaan yang terjadi sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga dibutuhkan observasi dan wawancara langsung dengan informan untuk mendapatkan data. Hasil menunjukkan bahwa nilai kondisi penerapan sistem proteksi aktif sebesar 17,04%, nilai komponen fasilitas penyelamatan jiwa sebesar 23,25%, dan nilai keandalan keamanan gedung sebesar 87,48%. Kesimpulan secara keseluruhan bahwa komponen proteksi aktif, kondisi fasilitas penyelamat jiwa dan keandalan keselamatan kebakaran gedung menunjukkan nilai reliabilitas dalam kategori "B" Baik. Pada sub komponen sistem proteksi aktif belum semua saran tersebut diatas dimiliki atau terpasang di setiap gedung di RSUD. Oleh karena itu, ke depan secara bertahap, untuk antisipasi terjadinya kebakaran perlu dilengkapi sarana pendukung sistem proteksi aktif dan dilakukan commissioning test terhadap lift kebakaran. Ito SetiawanRetno WaluyoWahyu Aji PambudiAnanda Purwokerto Hospital already has system such as hospital information system SIRUS, website and mobile application. but in the process of using information technology there are still many obstacles and prevention of problems that have not been well documented resulting in losses. This research is about design business continuity plan that functions to maintain the business continuity of the company so that it continues to run when information technology in the company is disrupted, where this study uses the 22301 international standard organization framework. This standard will greatly help the company in the process of develop business continuity plan with an identification methodology and analysis of the use information technology and the risks that will arise in the company. The evaluation results have not yet implemented the overall business continuity plan and many employees have not yet realized the importance of business continuity plan in the use of information technology. From the analysis, it turns out that there is no business continuity plan process implemented so that business continuity plan is designed that refers to international standard organization 22301, cluase 4 context of organization, cluase 5 leadership, cluase 6 planning, clause 7 Hardyanto Prakasita GinardiDengan berkembangnya teknologi dan matangnya setiap orang dalam menggunakan TIK, maka muncul sebuah tuntutan dari setiap orang yang menggunakan layanan perusahaan mengenai keharusan memiliki Business Continuity Management Systems BCMS dalam penyediaan layanan maupun ketersediaan produknya. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah solusi agar para pengguna TIK pegawai dan pelanggan dapat terus menggunakan layanan yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini melatar belakangi menejemen PT. JPK menerapkan BMCS. Dengan penerapan tersebut maka, tujuan dari penelitian ini yaitu guna mengukur kondisi dan kesiapan saat ini PT. JPK terhadap BCMS berbasis ISO 22301 dengan pendekatan control objective mengenai Information Security Aspects of Business Continuity Management dari ISO 27001, lalu melakukan strategi pememenuhan gap dan mempunyai Strandard Operating Procedure SOP hingga bisa digunakan perusahaan untuk sertifikasi ISO 22301. Langkah dimulai dari Studi literatur yang terkait dengan BCMS, sejarah maupun proses bisnis di PT. JPK. Selanjutnya melakukan review dokumen terkait proses bisnis di PT. JPK dan memetakan gap yang terjadi dengan assessment yang sudah dibuat. Pengumpulan data didapat melalui kuesioner dan wawancara kepada responden untuk mengetahui komitmen dari top management. Lalu melalukan gap analysis dan melakukan strategi pemenuhan gap. Hasil dari penelitian ini dari 83 pertanyaan kuesioner, hanya 51,81% yang comply dan sisanya 48,19% bisa comply dengan catatan. Mendapat dukungan dari top management untuk implementasi BCMS, PT. JPK siap melakukan perbaikan implementasi, dokumentasi maupun de Castro AlvesMarcio Manhães Gomes de AlmeidaTRANSPETRO Petrobras Transporte undertakes oil, products, ethanol, biofuels, and natural gas pipeline transportation and storage activities. It is in charge of more than 14,000 kilometers of pipelines - among oil and gas pipelines - which interconnect all Brazilian regions and supply the country's most remote Verma Anders GustafssonThe COVID-19 pandemic has been labeled as a black swan event that caused a ripple effect on every aspect of human life. Despite the short time span of the pandemic—only four and half months so far—a rather large volume of research pertaining to COVID-19 has been published 107 articles indexed in Scopus and the Web of Science. This article presents the findings of a bibliometric study of COVID-19 literature in the business and management domain to identify current areas of research and propose a way forward. The analysis of the published literature identified four main research themes and 18 sub-themes. The findings and propositions of this study suggest that COVID-19 will be the catalyst of several long- and short-term policy changes and requires the theoretical and empirical attention of researchers. The offered propositions will act as a roadmap to potential research Zainudin Febriliyan SamopaSeiring dengan makin berkembang dan semakin matang kondisi industri IT di tanah air maka saat ini mulai muncul tuntutan dari calon pengguna jasa atau pengguna eksisting kepada PT XYZ mengenai keharusan memiliki Bussniess Continuity Management System BCMS dalam penyediaan layanannya. Hal tersebut yang melatar belakangi management PT XYZ untuk melakukan implementasi BCMS. Adapun tujuan dari implementasi ini adalah menghasilkan pemetaan kondisi as-is terhadap ISO 22301, menentukan tingkat kesiapan PT XYZ dalam implementasi ISO 22301, mendapatkan strategi pemenuhan gap dan memiliki panduan atau prosedur operational baku POB mengenai BCMS. Penelitian ini diawali dengan studi literatur, kemudian pemetaan kondisi as-is dilakukan dengan melakukan review dokumen, wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi untuk mendapatkan kesimpulan kesiapan. Kemudian dilakukan analisa gap dan ditentukan strategi pemenuhan gap. Hasil penelitian ini dari cheklist assessmen 106 kontrol 39,6% kontrol comply, comply dengan catatan dan belum dengan pernyataan top managemen. Bahwa PT XYZ siap implementasi ISO 22301 dengan catatan dapat melakukan perbaikan-perbaikan proses, implementasi dan abipraya siap laksanakan new normalAbiprayaAbipraya. 2020. Brantas abipraya siap laksanakan new normal. Retrieved from
Perjalanan bisnis tentunya tidak selalu berada dalam kondisi yang lancer dan aman-aman saja, faktor internal maupun eksternal dapat sekali menjadi penyebab terjadinya disrupsi pada perusahaan. Disrupsi ini seringkali terjadi dan memberi dampak pada keberlangsungan bisnis perusahaan. Contohnya wabah Covid-19 yang telah terjadi sejak awal tahun 2020, wabah ini cukup membuat guncangan besar bagi para pebisnis untuk mempertahankan keberlangsungan bisnisnya dan diantara mereka ternyata belum siap dengan kondisi seperti ini. ISO 22301 Business Continuity Management BCM memberikan arahan bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan untuk merencanakan proses bisnisnya dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan mempersiapkan disi untuk risiko tersebut agar perusahaan tetap berjalan pada masa disrupsi dan pasca disrupsi tersebut. Setidaknya perusahaan harus mampu mengidentifikasi keadaan disrupsi dan kondisi yang dapat ditoleransi oleh perusahaan terhadap pelanggan. Apa yang dimaksud dengan Business Continuity Management? Business Continuity Management BCM adalah alat yang diterapkan oleh perusahaan untuk menyakinkan usaha-usaha yang dilakukan perusahaan agar bisnis tetap beroperasi kembali pada kondisi yang dapat diterima setelah terjadinya insiden disrupsi. Mengapa Business Continuity Management itu Penting? Perencanaan kesinambungan bisnis tidak hanya bagus untuk dimiliki; ini penting untuk setiap bisnis, dan gangguan bisa jadi mahal. Kami membicarakan apa saja, mulai dari serangan DDoS yang membuat situs Anda offline pada sore hari, kebakaran gudang yang mengakibatkan hilangnya produk secara massal, hingga gangguan rantai pasokan yang membuat produk Anda tidak sampai ke tangan Anda tepat waktu. Tidak adanya rencana untuk memulai tanggap darurat dapat menyebabkan kerugian finansial, hilangnya kepercayaan konsumen dan anggota tim, dan memengaruhi reputasi merek Anda. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari memiliki rencana kontinuitas. 1. Menjaga operasi bisnis. Jika Anda dapat menjaga agar operasi bisnis Anda tetap berjalan melalui krisis, Anda dapat mengurangi kerugian finansial dan mengirim pesan stabilitas kepada anggota tim dan pelanggan Anda. Memiliki kemitraan yang kuat dengan fungsi sumber daya manusia Anda akan menjadi penting di sini. 2. Bangun kepercayaan pelanggan. Pelanggan Anda ingin tahu bahwa Anda dapat menanggapi apa pun, sehingga mereka dapat terus mengharapkan layanan dari merek Anda yang biasa mereka terima. Dalam situasi bencana, konsumen sering kali melihat merek favorit mereka untuk melihat bagaimana mereka bereaksi di panggung publik dan bagaimana mereka mampu menghadapi badai internal. 3. Pertahankan merek dan reputasi Anda. Bencana dan gangguan skala besar kemungkinan besar akan menjadi umpan media, jadi kecil kemungkinan Anda akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti rencana Anda secara diam-diam. Dunia akan mengawasi. Merek yang tampak siap dan mampu tampil dengan kekuatan, konsistensi, dan keanggunan akan membuktikan ketahanan mereka kepada konsumen. 4. Lindungi rantai pasokan Anda. Rantai pasokan adalah contoh bagus dari pepatah, “Jangan menaruh semua telur Anda dalam satu keranjang.” Gangguan rantai pasokan sering terjadi karena ada banyak hal yang dapat terjadi. Pandemi dapat menutup fasilitas manufaktur, misalnya. Atau bencana alam dapat melumpuhkan transportasi di wilayah geografis yang penting. Rencana yang baik akan menetapkan opsi yang sudah diperiksa untuk menghindari masalah rantai pasokan. 5. Mendapatkan keunggulan kompetitif. Dalam kasus di mana banyak bisnis terpengaruh oleh gangguan, kemampuan Anda untuk menjalankan bisnis kembali akan sangat membantu dalam menunjukkan kepada konsumen bahwa merek Anda adalah yang terbaik. Di masa bencana, konsumen juga mengamati merek dengan cermat untuk melihat bagaimana mereka akan bereaksi. Tindakan yang cepat namun tepat akan membangun kepercayaan pada merek Anda, memberi Anda keunggulan dari pesaing Anda. 6. Mengurangi risiko keuangan. Mengetahui apa yang harus dilakukan dengan cepat jika terjadi gangguan bisnis adalah bagian penting dari manajemen risiko. Semakin lama downtime, semakin besar potensi kerugian finansial. Namun dengan rencana yang tepat untuk mengambil dengan cepat dan memulihkan fungsionalitas yang paling Anda butuhkan, Anda dapat meminimalkan kerugian Anda seminimal mungkin. Skema BCM Skema Business Continuity Management BCM dibawah ini menjelaskan bagaimana alur pengelolaaan keberlangsungan bisnis berbasis ISO 22301. Business Impact AnalysisBIAAnalisis yang dilakukan terhadap proses bisnis inti yang dapat memberi pengaruhi terhadap kegiatan bisnis Risk AssessmentDRAPenilaian yang dilakukan untuk mengklasifikasikan risiko-risiko yang timbul dari hasil Business Impact Analysis BIA.Business Continuity StrategyBCSStrategi yang dipilih oleh perusahaan saat disrupsi terjadi. Strategi tersebut memberikan arahan agar bisnis perusahaan dapat tetap dijalankan dalam kondisi yang dapat diterima oleh pelanggan atau mitra Continuity PlanBCPRencana yang ditetapkan secara sistematis sebagai respons dari kejadian disrupsi yang diidentifikasi. Berikut beberapa dokumen yang perlu dipersiapkan untuk membuat BCPEmergency Respons PlanERPDokumen rencana tanggap darurat yang dapat ditentukan oleh perusahaan dengan tujuan membantu perusahaan agar tidak ada yang terdampak terhadap Management PlanCMPDokumen rencana koordinasi awal serta komunikasi yang perlu dilakukan saat terjadinya insiden Recovery PlanDRPDokumen yang memberikan gambaran rencana pemulihan pasca disrupsi, khususnya di bidang IT, yang berisi mekanisme failover dan failback, serta rincian sistem, infrastruktur, topologi, dan hardware pada Incident PlanPIPDokumen rencana kegiatan pasca disrupsi yang berisi mekanisme restorasi dan normalisasi. Penerapan Business Continuity Management sangat memberi manfaat bagi organisasi untuk mempersiapkan disinya dalam menghadapi disrupsi dan tetap bertahan pasca disrupsi terjadi. Diantara manfaat tersebut antara lain adalah Meningkatkan ketahanan perusahaanMelindungi aset perusahaanMeningkatkan reputasi perusahaanMemastikan pencapaian sasaran perusahaanMembudayakan peningkatan berkelanjutan pada perusahaan Ancaman Teratas bagi Kelangsungan Bisnis Bergantung pada bisnis dan tingkat risiko Anda, setiap merek akan memiliki ancaman utama yang berbeda terhadap bisnis seperti biasa. Itulah mengapa penilaian risiko sebelum menyusun rencana kesinambungan bisnis dapat sangat membantu. Meskipun Anda harus memiliki rencana untuk setiap kemungkinan hasil, ancaman berikut adalah pengganggu bisnis yang paling umum untuk diperhatikan. 1. Pandemi global. Seperti saat ini, pandemi dapat merusak rencana bisnis Anda dari semua sudut dan arah. Dengan warga yang dipaksa untuk tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan sebanyak mungkin dari sana, meningkatkan permintaan untuk barang-barang tertentu, dan penurunan pasokan karena penghentian pabrik atau gangguan di seluruh rantai pasokan. Salah satu rencana terpenting yang harus dilakukan jika Anda takut akan pandemi global adalah bagaimana karyawan Anda akan berkomunikasi satu sama lain dan melakukan bisnis yang diperlukan di luar kantor. Penting juga untuk memiliki opsi terkait pasokan jika rantai pasokan Anda terganggu. 2. Bencana alam. Bencana alam mengacu pada segala hal yang berhubungan dengan cuaca – tornado, badai, tsunami, dll. – atau fenomena alam lainnya seperti gempa bumi, kebakaran hutan, dan letusan gunung berapi. Beberapa jenis bencana ini sulit untuk diprediksi dan dapat terjadi dalam hitungan detik. Mereka dapat menyebabkan kerusakan parah pada struktur fisik dan apa pun di dalamnya, serta mengganggu rantai pasokan melalui area yang terkena dampak. 3. Pemadaman listrik. Hilangnya pembangkit listrik, jalur komunikasi, atau pemadaman air dapat menyebabkan gangguan parah pada operasi sehari-hari, berpotensi merusak aset fisik, dan kehilangan produktivitas dan layanan. 4. Keamanan Siber. Serangan dunia maya adalah serangan berbasis komputer apa pun terhadap aset teknis. Contoh serangan cyber termasuk serangan ransomware, pencurian data, injeksi SQL, dan serangan penolakan layanan terdistribusi DDoS. Ini akan meningkatkan risiko infrastruktur teknis Anda yang akan memiliki fungsi terbatas hingga masalah teratasi. Paling buruk, jika Anda tidak memiliki cadangan data, Anda berpotensi kehilangan akses ke semua data bisnis Anda.
Business Continuity Management BCM Pengertian, Arti, Contoh + Pembahasannya! 5 Desember 2020 2 menit membaca Berikut ini adalah postingan artikel kategori IT Business Alignment yang membahas tentang penjelasan pengertian, definisi, dan arti dari istilah kata business continuity management bcm berdasarkan rangkuman dari berbagai jenis macam sumber referensi relevan, terkait, serta terpercaya. Pengertian Business Continuity Management BCMPembahasan dari Apa itu Pengertian, Arti, serta Contoh dari Istilah Business Continuity Management BCMArti Business Continuity Management BCM dalam Kamus Terjemahan Bahasa Indonesia dan InggrisPenutupSumber Referensi Apa itu sebetulnya yang dimaksud dengan business continuity management bcm ini? Manajemen Kontinuitas Bisnis BCM mengacu pada manajemen sumber daya konseptual inti yang mengatasi ancaman di masa depan terhadap bisnis dan membantu para pemimpin bisnis menangani dampak ancaman ini. Istilah ini berada dalam nada yang sama dari orang lain, seperti Perencanaan Kontinuitas Bisnis BCP, di mana para pemimpin bisnis mencoba mengidentifikasi dan mengatasi potensi krisis sebelum terjadi. Pembahasan dari Apa itu Pengertian, Arti, serta Contoh dari Istilah Business Continuity Management BCM Ilustrasi Gambar Pembahasan Apa Itu Pengertian Arti Dan Definisi Istilah Akronim Jargon Kata Teknis Atau Terminologi Business Continuity Management BCM Baik, agar kita dapat lebih mendalami arti penjelasan serta maksud dari acronym atau kata tersebut di atas, pastinya kita juga perlu memahami lebih dalam tentang pembahasan tentang apa itu pengertian, makna, dan akronim, istilah, jargon, atau terminologi business continuity management bcm. Banyak organisasi dan kelompok perdagangan telah berpartisipasi dalam membangun standar manajemen kontinuitas bisnis. Beberapa menawarkan sertifikasi untuk jenis peran profesional ini. Yang lain mengadakan konvensi atau forum lain di mana bisnis bertemu untuk membahas cara mengejar jenis perencanaan ini dalam menghadapi berbagai situasi krisis yang mungkin. Dalam banyak kasus, jenis perencanaan ini diinformasikan oleh peristiwa masa lalu yang sebenarnya. Contoh yang baik adalah banjir Asia yang mengancam rantai pasokan banyak bisnis besar dengan jangkauan global. Pada intinya, BCM bekerja berdasarkan prinsip bahwa sistem respons yang baik dapat membantu bisnis menghindari beberapa kerusakan dari peristiwa teoretis. Ini termasuk berfokus pada rantai pasokan yang fleksibel dan menggunakan praktik TI yang baik seperti perlindungan data. Kelompok -kelompok seperti British Standards Institute BSI dan Organisasi Internasional untuk Standardisasi ISO telah mengembangkan standar BCM untuk membantu rencana bisnis melawan krisis di masa depan. Seperti yang sudah kita lihat di atas, istilah ini merupakan salah satu dari kumpulan kamus, akronim, istilah, jargon, atau terminologi dalam bidang teknologi yang diawali dengan abjad atau awalan B, serta merupakan terms yang terkait dengan IT Business Alignment dengan subkategori Infrastructure Management. Arti Business Continuity Management BCM dalam Kamus Terjemahan Bahasa Indonesia dan Inggris Selain membahas tentang pengertian dan pembahasan definisinya, untuk lebih memperdalamnya, di sini kita juga perlu mengetahui apa arti kata business continuity management bcm dalam kamus terjemahan bahasa Indonesia dan Inggris. Untuk lebih mudah dalam memahaminya, di artikel ini Kami akan menguraikannya berupa tabel terjemahan bahasa Indonesia dan Inggris sebagai berikut. Tipe Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Terminologi manajemen kontinuitas bisnis bcm business continuity management bcm Kategori penyelarasan bisnis ti it business alignment Penutup Baiklah, di atas adalah pembahasan dan penjelasan tentang apa itu arti dari business continuity management bcm. Semoga postingan artikel yang sudah Kami bagikan ini dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan kita semua. Lihat juga pembahasan tentang apa itu pengertian, makna, dan akronim, istilah, jargon, atau terminologi artikel lainnya yang berhubungan dengan bidang Teknologi yang ada di laman blog UrlWebsite Kami. Sumber Referensi Artikel ini dibuat berdasar dari simpulan arti definisi dari berbagai referensi relevan yang berotoritas seperti Wikipedia, Webopedia Technology Dictionary dan beberapa sumber lainnya seperti Technopedia dan Techterms. Kata Business Continuity Management BCM ini merupakan salah satu dari kumpulan terminologi “IT Business Alignment dengan subkategori Infrastructure Management” dalam bidang teknologi yang dimulai dengan abjad atau awalan B. Artikel ini di-update pada bulan Jun tahun 2023. contoh dari business-continuity-management-bcm via Google di siniGambar contoh dari business-continuity-management-bcm via Bing di sini
business continuity management bcm adalah